28 Desember, 2018

(Prediksi) Kampanye Pilpres RI Tahun 2019


Kampanye
Sederhananya, kampanye adalah memberitakan (menyampaikan sesuatu melalui tulisan, gambar, suara dengan berbagai media) daya tarik untuk mendapat perhatian, dukungan, dan pilihan. Isi pemberitaan itu, antara lain kapasitas, kualitas, bobot, prestasi, kelebihan (berdasar data, fakta, arsip, hasil yang telah ada/dicapai), dan keuntungan jika memilih sesuai yang dikampanyekan. Kampanye bisa dan biasa dilakukan oleh/pada berbagai kegiatan; dan utamanya pada proses pemilihan pimpinan (dan pengurus) di pada organisasi tertentu (ormas, keagamaan, kegiatan sekolah, kampus, dan partai politik), dan yang paling umum dilakukan adalah pada kegiatan politik. 

23 Desember, 2018

Tidak Ada Fatwa Melarang Ucapkan Selamat Natal


Kali ini, ku bukannya mau ikut arus debat dan debatan, ku cuma mau menelususi bahwa ada atau benar tidaknya ada Fatwa MUI tentang larangan Ucapkan Selamat Natal; apalagi pada 2o Desember yang lalu, MUI menyatakan bahwa, Umat Islam Tidak Usah Ucapkan Selamat Natal, 
(Ketua MUI Bidang Fatwa Maruf Amin, menyatakan bahwa " ... umat Islam tidak mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Nasrani; itu jadi perdebatan, sebaiknya enggak usah sajalah, .. ").
Siaran Pers MUI tersebut, langsung tersebar dan menyebar bagaikan kapuk dan kapas yang tertiup angin, sehingga tak bisa terkumpul kembali ke dalam wadahnya semula. Di sana - sini, muncul debat dan debatan, ada yang mencaci, ada pula membela, juga saling menyalahkan, bahkan MUI dituduh sebagai biang kerok intoleransi.

Ziarah Makam pada Umat Katolik dan Protestan


Anda pasti sudah pahami maksud Ziarah Makam atau Kubur, yaitu mengunjungi makam orang tua, kerabat, sahabat, dan lain-lain, kemudian menabur bunga, dan lain sebagainya.
Kebiasaan ziarah ke makam juga (sering) dilakukan oleh Orang Kristen, umat Kristen yang belatar etnis Timor/NTT, Minahasa, Maluku, dan juga pada Suku Batak yang beragama Kristen.

Hidup Yang Monoton


Suami-isteri yang telah lama menjalani hidup dan kehidupan keluarga, kadang-kadang terjerumus ke dalam sesuatu (kondisi hidup dan kehidupan) yang monoton dan membosankan. Akibat, suami-isteri inginkan sesuatu yang bernuansa baru; namun kadang-kadang justru meninggalkan suami atau isterinya. Ada beberapa penyebab utama yang menjadikan hal tersebut,
Daya tarik fisik menurun. Penurunan daya tarik dan kemampuan fisik (terutama pada wanita atau isteri) merupakan sesuatu yang normal dan harus terjadi. Namun, seiring dengan itu, pada usia tertentu, ketika isteri atau suami menunjukkan tanda-tanda penurunan daya tariknya; suami maupun isteri  berpaling ke laki-laki dan wanita lain karena ingin mendapat yang lebih menarik. Penurunan daya tarik fisik sekaligus berdampak pada berkurangnya kemampuan seksualitas, bisa menjadikan suami maupun isteri mencari penyaluran libidonya kepada (dengan) orang lain. Dan ini merupakan sumbangan tersebar terjadinya perceraian.

Susahnya Menemukan Sahabat, Mudahnya Mendapat Musuh


Mana yang lebih mudah, menemukan sahabat atau mendapatkan musuh!? apa jawaban anda;!? betul, tergantung sikon dan keberadaan (dirimu - diriku) ada dan berada.

Salah satu aspek terpenting pada rentang hidup dan kehidupan manusia adalah pergaulan sosial. Pergaulan (menyangkut, kenal dan kenalan, kawan, teman, dan sahabat atau persahabatan) dapat terjadi pada setiap waktu dan semua tempat, serta dengan semua pihak; juga sesuai dengan sikon kemanusian serta profesi masing-masing.

Persahabatan yang baik,  ada ikatan kasih persahabatan, mempunyai ciri-ciri, antara lain, melintasi batas-batas SARA; adanya kesetiaan; kebersamaan; dan keterbukaan serta kejujuran. Pada umumnya, persahabatan yang baik selalu menghatar pada suasana penuh kedamaian dan kesejahteraan. Mungkin, bisa terjadi perbedaan (karena berbagai alasan) dalam persahabatan, namun biasanya membawa pada perbaikan atau kearah yang lebih baik.

Mendengar Orang yang Ingin Bunuh Diri


Kasus Bunuh Diri di Dunia Menurut Direktur kesehatan mental WHO, Shekhar Saxena, “Bunuh diri adalah kasus kesehatan masyarakat yang luar biasa. Ada satu kasus bunuh diri setiap 40 detik – itu adalah jumlah yang besar. Bunuh diri membunuh lebih banyak orang daripada konflik, perang dan bencana alam. 
Ada 1,5 juta kematian akibat kekerasan setiap tahun di dunia, yang 800.000 diantaranya adalah bunuh diri. Secara global, tingkat bunuh diri tertinggi dunia terjadi pada orang-orang berusia 70 tahun keatas. Namun pada beberapa negara, tingkat tertinggi ditemukan pada mereka yang masih muda. 

[Kemana Pergi?!] Jika Bunuh Diri sebagai Pilihan


Rentang hidup dan kehidupan seseorang berada dalam btasan abstrak dan kongkrit: lahir sampai mati; tidak lebih dari itu. Ada beragam kejadian yang bisa menjadi akhir dari hidup dan kehidupan. Misalnya karena sakit-penyakit, kecelakaan (dengan beragam model serta bentuk), dan bunuh diri.
Bunuh diri merupakan salah satua langkah tidak umum, namun cukup populer untuk mengakhiri hidup dan kehidupan; bunuh diri juga merupakan tindakan (yang sengaja, terencana, penuh kesadaran) untuk mengakhiri hidup diri sendiri atau pun menghilangkan nyawa sendiri dengan sengaja. Bunuh diri bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya minum obat/racun, lompat/terjun dari ketinggian, membakar diri sendiri, gantung diri, dan lain sebagainya.

19 Desember, 2018

Nisan Salib yang Dipenggal



Namanya Slamet, namun sayang nasibnya tak beruntung. Pria paruh baya warga Kelurahan Purbayan Kotagede Yogyakarta ini meninggal lantaran tersedak makanan. Tidak berhenti sampai di situ, nasib malang berlanjut bahkan selepas yang bersangkutan dimakamkam.
Kebetulan Slamet seorang Katolik. Dan layaknya umat agama tersebut, patok makamnya berupa tanda salib. Namun, saat akan dimakamkan, warga sekitar tempat penguburan menolak patok tersebut ditancapkan. Mereka bahkan menggergaji patok tanda peristirahatan terakhir Slamet sehingga bentuknya mirip huruf T atau salib

Perempuan Arab, Boleh Tidak Berjilbab



Masyarakat dunia mengetahui bahwa para perempuan di Arab Saudi wajib mengenakan jilbab yang menutupi seluruh bagian tubuh mereka ketika beraktivitas di luar rumah. Bahkan, gerak kaum wanita di tempat-tempat umum, termasuk di tempat kerja, juga sangat dibatasi.
Aturan tersebut sesungguhnya sejalan dengan Syariat Islam yang juga mengatur busana perempuan Muslim dan bagaimana mereka beraktivitas di luar rumah, serta berinteraksi dengan lawan jenis yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka atau yang bukan mahram.

17 Desember, 2018

Topeng

Baca dari Bawa ya


ɹɐʇuǝɯoʞ ɯo1oʞ ıp qɐʍɐظ uɐʞɥɐ1ıs ..... buɐʇuǝʇ ʇnqsɹǝʇ uɐsı1nʇ

.ʞɐɹʇsqɐ ɐʇɹǝʇıɹʞuoʞ ɐɹɐɔǝs ıɐʞɐdıp buıɹǝs buı1ɐʇnqǝsɹǝʇ ɐpuǝq '(n1ɐɐsɐɯ ʞɐظǝs uıʞbunɯ uɐp) ıuıʞ ɐʞɐɯ 'ɥɐ1nʇı uɐʇɐqǝɥ ɐuǝɹɐʞ'ɐʎuʞɐbɐ
.ɐɯɐʇɐɐɐpɐɟıʇʞıpɐɹʇuoʞ buɐʎ ɐpuɐb ısbunɟɹǝq 'ɥıbbuɐɔɐpuǝq/ʇɐ1ɐ ɐpɐ ʞɐʇ 'ıuı ıɯnq ʇǝuɐ1d ıp uɐp ;uɐʞʇɐɥı1ɹǝdɯǝɯ ɐʇɹǝs uɐʞıʎunqɯǝʎuǝɯ - ʇɐɥı1ɹǝʇ uɐɐʞnqɹǝʇ snbı1ɐʞǝs uɐʞıʎunqɯǝʎuǝɯ/ıdnʇnuǝɯ 'ʇnqǝsɹǝʇ dnʇnuǝʇɐ1ɐ ıs ɐʎuʇɐqǝɥnʇı
.ɐʎuɹɐuǝqǝs buɐʎ uɐʞ1ıdɯɐuǝɯ ʞɐʇ ɐʇɹǝs '(sɐd buɐʎ ɥɐʇsı uɐʞɐunbbuǝɯ bunbuıq ɐbnظ nʞ 'ıuı ʞnʇun ;ɐʇɐʎu unɯɐʞɐɹʇsqɐbuɐʎ) ıɹıp dnʇnuǝd uɐʞɐunbbuǝɯ ɐʎu1nʇǝqǝɐı uɐıʞıɯǝp uɐbuǝp .ɐʎuɹɐuǝqǝs buɐʎ ɐʎɹıp ıʇɐظ uɐʞıʎunqɯǝʎuǝɯ ɐı unɯɐu 'ʇɐɥı1ɹǝʇ buɐʎ nʇı 'sıuɐɯ uɐʞıʇuɐɔ undnɐʇɐ ɥɐbɐb 'ɥısɹǝq 'uɐduɐʇ 'sɐ1ǝظ buɐʎ ɥɐظɐʍ uɐbuǝp 1ıdɯɐʇ buɐɹoǝsǝs 'ɐʎu1ɐɯ¿¡… ɐsıq ’oʞ

Liberal Tidak Merusak Iman



Catatan I. Liberal, arti awalnya adalah terbuka - bebas sehingga bisa menerima banyak hal; juga bisa bermakna kebebasan dan pembebasan.  Liberal (dan juga moderat) lahir dari perkembangan (kebudayaan - budaya - unsur-unsur budaya)  manusia atau pun komunitas masyarakat. Jika memahami bahwa pendidikan merupakan salah satu unsur budaya - kebudayaan, maka Liberal (dan moderat) juga lahir dari atau karena (hasil) pendidikan yang baik dan benar serta holistik (menyeluruh).
Catatan II. Banyak orang mempunyai konsep bahwa beriman sama dan sebangun dengan agama; jadi, orang beriman adalah mereka yang juga beragama, …. monggolah, jika itu alur pikirnya.
Padahal “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat; tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,ia harus percaya bahwa Allah ada.”

16 Desember, 2018

1 Januari [Bukan] Hari Raya Kristen






Melewati (Garis) Batas Waktu
Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, hanya sebutan untuk memilah waktu dan masa. Sebutan yang ditandai dengan garis batas waktu. Garis Batas yang yang tak pernah ada.  Garis Waktu tersebut selalu menemani manusia, sepanjang masa - sepanjang  ia ada - dan - selama ada hidup dan kehidupan. Dan manusia, hidup dan kehidupannya, ada di/dalam serta di batasi oleh garis batas waktu.
Sebentar lagi, sesaat yang akan datang, sekali lagi kita [anda dan saya] akan melewati batasan waktu yang bernama tahun lama,  kemudian memasuki gerbang abstrak tahun baru,  yang penuh tanda tanya.
Nama dan era mungkin saja berubah, tapi apakah diri kita juga ikut di/dalam perubahan tersebut!? Banyak yang pesimis dan tak sedikit yang optimis, namun semuanya merasa pasti bisa melewati waktu lama kemudian  memasuki era baru.

Natal 25 Desember: Menurut Gereja Katolik dan Protestan



Pernyataan Rasul Yohanes, secara sederhana, menunjukkan karya Yesus Kristus yaitu ke selamatan umat manusia; serta keselamatan melalui Yesus tersebut sebagai sesuatu yang mutlak. Ia bukan mengajar jalan keselamatan tetapi Ia adalah Jalan Keselamatan itu sendiri.
Ia adalah Juruselamat semua manusia. Seperti terungkap pengakuan berikut, “... jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah TUHAN, dan percaya dengan hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka engkau akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku sehingga diselamatkan. Karena, TUHAN yang sama adalah TUHAN dari semua orang, sebab, siapa saja yang berseru kepada nama TUHAN, akan diselamatkan," Menurut pengikut-pengikut-Nya, keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kristus adalah suatu kepastian karena merupakan tujuan dari semua pengharapan.

[Rakyat] Jangan berharap Kepada Politisi Busuk



Politik [Indonesia], politic, [Inggris] adalah padanan politeia atau warga kota [Yunani, polis atau kota, negara, negara kota]; dan civitas [Latin] artinya kota atau negara; siyasah [Arab] artinya seni atau ilmu mengendalikan manusia, perorangan dan kelompok.  

Secara sederhana, politik berarti seni pemerintah memerintah; ilmu memerintah; cara pengusaha menguasai. Makna politiknya semakin dikembangkan sesuai perkembangan peradaban dan meluasnya wawasan berpikir. Politik tidak lagi terbatas pada seni memerintah agar terciptanya keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat polis; melainkan lebih dari itu.


Dengan demikian, politik adalah kegiatan [rencana, tindakan, kata-kata, perilaku, strategi] yang dilakukan oleh politisi untuk mempengaruhi, memerintah, dan menguasai orang lain ataupun kelompok, sehingga pada diri mereka [yang dikuasai] muncul atau terjadi ikatan, ketaatan dan loyalitas [walaupun, yang sering terjadi adalah ikatan semu; ketaatan semu; dan loyalitas semu].Dengan itu, dalam politik ada hubungan antar manusia yang memunculkan menguasai dan dikuasai; mempengaruhi dan dipengaruhi karena kesamaan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai. Ada berbagai tujuan dan kepentingan pada dunia politik, dan sekaligus mempengaruhi perilaku politikus.

14 Desember, 2018

Cita-cita Sumpah Pemuda


Kongres Pemuda 1928 tak hanya melahirkan obsesi dan imajinasi pemuda tentang tanah dan Indonesia, tetapi juga kesadaran dan kerinduan sebagai identitas bangsa merdeka. Apa maknanya setelah 90 tahun?

13 Desember, 2018

Manusia Menciptakan Agama



Menurut teori Evolusi [yang sampai kini belum ada bukti-bukti utuh dan lengkap tentang kebenarannya], manusia modern atauhomo sapiens ada karena suatu proses perkembangan yang panjang dan dalam rentang waktu lama. Proses  panjang dan lama itu terjadi karena manusia berkembang dari organisme sederhana menjadi makhluk yang relatif sempurna; dan segala sesuatu yang bertalian dengan manusia serta kemanusiaannya juga berkembang karena adanya proses evolusi. [Dan dalam kenyataannya, evolusi hanya merupakan teori, tetapi diajarkan dan dijabarkan sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi atau dialami pada semua makluk].
Tetapi, menurut Kitab Suci Agama-agama, manusia, alam semesta, dan segala sesuatu adalah hasil ciptaan TUHAN Allah; hasil ciptaan yang penuh dengan  kesempurnaan. Karena kesempurnaan itu, manusia mampu bertambah banyak karena di dalam diri mereka tertanam naluri bertahan hidup serta kemampuan reproduksi. Di samping itu, manusia juga dilengkapi dengan berbagai kemampuan serta kreativitas [penggagas Teori Evolusi pun, tidak pernah bisa menjawab siapa yang telah melengkapi manusia dengan berbagai kemampuan serta kreativitas tersebut], sehingga mampu beradaptasi dengan sikon hidup dan kehidupannya; bahkan menjadikan segala sesuatu di sekitarnya menjadi lebih baik serta memberi kenyamanan padanya.

Nilai-nilai Hidup dan Kehidupan




Nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan hasil kebudayaan; atau salah satu unsur kebudayaan adalah nilai-nilai hidup dan kehidupan? Kedua-duanya tidak dapat dipisahkan karena mempunyai kaitan erat. Jika kebudayaan dimengerti sebagai hasil cipta manusia untuk memperbaiki, mempermudah, dan meningkatkan kualitas diri; maka nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan hasil kebudayaan. Akan tetapi, jika kebudayaan dimengerti sebagai keseluruhan kemampuan [pikiran, kata, dan tindakan atau perbuatan] manusia; maka nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan unsur-unsur kebudayaan yang digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya.
Pada interaksi antar manusia, biasanya mencerminkan etika, etiket, dan kata-kata maupun tindakan etis yang ada ataumelekat pada diri mereka. Di samping itu, juga memperlihatkan nilai dan norma yang dianut atau diberlakukan dalam hidup dan kehidupannya. Menurut maknanya, etika, etiket, hal-hal etis, nilai, dan norma dapat berlaku atau mempunyai kesamaan secara universal.

Yang Mahasuci dan Mahakuasa Telah Ada Dalam Aksara




Kita, anda dan saya, harus mengakui dan menyadari bahwa ajaran iman pada Agama-agama Samawi merupakan warisan dari Timur Tengah.
Karena itu, penyebutan Nama Sang Ilahi pun, secara literal, mengikuti Aksara yang muncul di Timur Tengah. Misalnya:

  • Bahasa Aram dan Ibrani:
    Allah - Elohim -  אלוהים
  • Bahasa Ibrani: TUHAN - YHWH - הויה
  • Bahasa Arab: Allah - اَللّهُ
Pada masa Pra Abraham / Ibrahim, Masa Abraham-Isakh-Yakub, sampai Era Pra Musa mereka HANYA mengenal da menyembah Sang Ilahi sebagai EL, [Bentuk tunggal dari kata Allah]. Pada masa mereka, dalam hidup dan kehidupan sehari-hari mengenal El dan Elohim
Dengan pemahaman dan ritus bahwa

Penjelasan Singkat The Ten Commandment


Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya
Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu
Jangan membunuh
Jangan berzinah
Jangan mencuri
Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu

Penyebutan "Nama yang Ilahi" pada Agama Kristen di Indonesia



Pada setiap agama mempunyai sasaran atau tujuan penyembahan atau Sesuatu Yang Ilahi dan disembah. Ia bisa disebut TUHAN, Allah, God, Dewa, Ilah, Lamatu'ak, Debata, Gusti Pangeran, Deo, Theos atau penyebutan lain sesuai dengan konteks dan bahasa masyarakat yang menyembah-Nya. Konsekuensinya, adalah mereka percaya bahwa IA, YANG ILAHI itu, benar-benar ada. Ini berarti pada masing-masing komunitas, menyebut  Ilahi sesuai dengan bahasa yang digunakan sehari-hari.

"Gue yang Natalan, Situ yang Ribut!?"

"Gue yang Natalan, Situ yang Ribut!?"

Ada ungkapan yang menarik dari Menteri Agama, seperti yang dikutip oleh id.berita.yahoo.com; menurut Menteri Agama,
"Kami memohon umat Kristiani berjiwa besar melihat realitas ini. Sebab di internal umat Islam beragama pandangannya.
Di internal umat Islam pandangan terkait mengucapkan 'Selamat Hari Raya Natal' masih beragam. Ada sebagian besar tidak mempersoalkan ucapan kepada umat Kristiani, tetapi ada yang mengharamkan.
Saya pikir semua pihak harus saling menghargai dan menghormati pandangan masing-masing. Jadi kalau ada umat Islam tidak mengucapkan itu katakan sampai mengucapkan haram itu bagian dari pemahaman.
Itu harus dihormati dan dihargai. Sebagaimana, kita menghormati dan menghargai yang tidak mempersoalkan."

12 Desember, 2018

Tidak (Hanya) Salahkan Korban Pelecehan Seksual



Suplemen: Tentang Pelecehan Seksual
Beberapa perilaku yang dapat tergolong pelecehan seksual (Menakertrans & ILO, 2011), (i) pendekatan intim/seksual yang tidak diinginkan, (ii) permintaan hubungan intim/seksual yang tidak proporsional, (iii) pelecehan dengan kata-kata yang bermakna seksual, (iv) dijanjikan hadiah/promosi jika melayani permintaan seksual seseorang, (v) diancam dipecat/dipermalukan jika tidak melayani permintaan seksual seseorang atau atasan.
Pelecehan seksual memiliki berbagai bentuk. Secara luas, terdapat lima bentuk pelecehan seksual (Menakertrans & ILO, 2011), yaitu:
  1. Pelecehan fisik termasuk sentuhan yang tidak diinginkan mengarah ke perbuatan seksual seperti mencium, menepuk, mencubit, melirik atau menatap penuh nafsu.
  2. Pelecehan lisan termasuk ucapan verbal/ komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan pribadi atau bagian tubuh atau penampilan seseorang, lelucon dan komentar bernada seksual
  3. Pelecehan isyarat termasuk bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang dilakukan berulang-ulang, isyarat dengan jari, dan menjilat bibir
  4. Pelecehan tertulis atau gambar termasuk menampilkan bahan pornografi, gambar, screensaver atau poster seksual, atau pelecehan lewat email dan moda komunikasi elektronik lainnya
  5. Pelecehan psikologis/emosional terdiri atas permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan yang terus- menerus dan tidak diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan atau celaan yang bersifat seksual.

Tuti Tursilawati, Perbudakan, dan TKW di Arab Saudi



Bekerja di luar negeri dengan menjadi buruh migran adalah merupakan sebuah pilihan hidup, selain masalah nasib, cita-cita, tekanan, impian, kebutuhan, panggilan, ikut-ikutan, peruntungan, maupun hanya sekadar coba-coba merupakan sejumlah alasan dan sebuah parameter dari kenyataan hidup yang pada akhirnya membawa seseorang untuk menjadi buruh migran.
Sebagaimana layaknya sebuah keputusan hidup, pastilah dihadapkan pada sebuah situasi masa depan yang menjanjikan kebahagiaan dan kegembiraan, seperti pada sisi mata uang yang sama, mengancam pula kondisi kegagalan yang membawa kesedihan dan kesengsaraan.
Memperoleh pendapatan tinggi dalam mata uang asing, berkeliling dunia mengunjungi Negara-negara maju, menggali pengalaman global yang mengeankan, meningkatkan pengetahuan praktis dalam berbagai industri, menjadi duta bangsa di Negara asing dan mengumpulkan modal untuk kelak membuka usaha sendiri guna berwiraswasta ketika kembali ke tanah air, merupakan beragam impian yang ingin diraih oleh seorang buruh migran.
Sementara mendapatkan perlakuan tidak layak dari majikan, dipermainkan berbagai oknum kesana kemari, terjebak dalam kondisi hidup segan mati pun tak mau, tersesat di negara asing dan dicap buronan pemerintah setempat karena tidak adanya ijin kerja formal, dizalimi secara jasmani maupun rohani oleh penjahat kemanusiaan dan diperlakukan selayaknya budak berlian, merupakan kenyataan hidup pahit yang tidak jarang dialami oleh para buruh migran.
Tentang Perbudakan

11 Desember, 2018

Sinisme terhadap Agama




Agama [Sanskerta, a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio [dari religere, Latin] artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.
Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan berfungsi agar dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri atau pengajar utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-katayang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan kata-kata tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau memperoleh keselamatan [dalam arti seluas-luasnya] secara pribadi dan masyarakat.

Nilai-nilai Hidup dan Kehidupan



Nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan hasil kebudayaan; atau salah satu unsur kebudayaan adalah nilai-nilai hidup dan kehidupan? Kedua-duanya tidak dapat dipisahkan karena mempunyai kaitan erat. Jika kebudayaan dimengerti sebagai hasil cipta manusia untuk memperbaiki, mempermudah, dan meningkatkan kualitas diri; maka nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan hasil kebudayaan. Akan tetapi, jika kebudayaan dimengerti sebagai keseluruhan kemampuan [pikiran, kata, dan tindakan atau perbuatan] manusia; maka nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan unsur-unsur kebudayaan yang digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya.
Pada interaksi antar manusia, biasanya mencerminkan etika, etiket, dan kata-kata maupun tindakan etis yang ada ataumelekat pada diri mereka. Di samping itu, juga memperlihatkan nilai dan norma yang dianut atau diberlakukan dalam hidup dan kehidupannya. Menurut maknanya, etika, etiket, hal-hal etis, nilai, dan norma dapat berlaku atau mempunyai kesamaan secara universal.

Menjadi Alat Perdamaian dan Persatuan




Alasan-alasan positip seseorang menjadi umat beragama, antara lain agar memperoleh kepastian keselamatan; mengingatkan dirinya sendiri bahwa TUHAN yang menciptakan serta mengatur segala sesuatu termasuk hidup dan kehidupan; kesadaran adanya TUHAN; ajaran-ajaran agama mampu sebagaipagar pembatas agar tidak jatuh serta terjerumus ke dalam cara-cara hidup yang buruk serta negatif; mampu mendorongnya agar berbuat kebajikan, membantu, menolong, memperhatikan sesama manusia berdasarkan kasih; dan lain-lain.
Dengan keyakinan seperti itu, bisa dipastikan bahwa, seseorang yang beragama dan sekaligus melaksanakan serta mengimani ajaran agama, maka akan mengalami perubahan pada hidup dan kehidupannya. Semuanya itu berarti, umat beragama, harus membuktikan bahwa hidup dan kehidupannya sesuai dengan ajaran agama.

Budaya dan Kognisi



Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta (serta akal budi) manusia untuk memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Atau, kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya. Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada. Sedangkan, Kognisi juga bisa merupakan keseluruhan kemampuan otak dalam menerima, menyimpan, dan mengingat kembali semua input yang masuk atau dimasukan (secara sengaja dan tak sengaja) ke dalamnya.
Naomi Quinn dan Dorothy Holland menyatakan bahwa ada kaitan antara budaya dan kognisi; ada semacam kongnisi makna yang bersifat budaya; dari situ, muncul dari sudut pandang perspektif antropologi, yang melihat kebudayaan sebagai pengetahuan yang dihayati bersama; dan bukan sekedar adat, artefak, tradisi lisan, melainkan pengetahuan yang harus masyarakat ketahui agar dapat berperilaku seperti perilaku mereka, membuat benda seperti yang mereka buat, dan menafsirkan pengalaman mereka dengan cara yang berbeda-beda sesuai yang mereka alami.

Ketika Guru Berjalan Bersama Murid-muridnya



Kira-kira, di era modern ini, kapan dan di mana bisa lagi terjadi guru-murid (murid-murid) sama-sama berjalan dan berjalan bersama;!? dan ketika itu, mereka berdalog, belajar, dan bertukar pikir tentang hidup dari apa yang sementara dilihat dan di alami. Atau, ketika itu terjadi, ada interaksi guru-murid bagaikan ayah-anak, keakraban, serta hubungan antar insani yang mennyenangkan.
Mungkin masih ada dan terjadi, namun bisa dihitung dengan jari;
Sekarang, interaksi antara guru-murid, hanya di sekolah atau bahkan cuma di kelas; lebih dar itu, hampir-hampir tak ada.  Hubungan guru-murid, semakin berdasar fungsi dan profesi, di luar itu tak ada makna hubungan yang bearti.  [Jadi, ingat, ketika mulai mengajar tahun 19882, tahun-tahun awal, murid-muridku, memanggilku dengan Pak Yapi/Pak Yepi/Pak Japi; dan tiga tahun kemudian, ketika sudah memperbaiki diri dalam rangka interaksi guru-murid, ku dipanggil Bapak; dan sampai sekarang sebutan itu masih terus terjadi oleh mereka yang menjadi murid, walau mereka sudah tamat belajar di sekolah atau PT ].

Opini Ngawur, Laris-manis



Saya, yang sementara baca atau membaca, sangat paham dengan apa yang dimaksud dengan opini ataupun pendapat; ya, ... opini merupakan rangkaian kata-kalimat yang dirangkum, dan mengandung hasil olah pikir (pribadi ataupun kelompok orang). Sehingga, dikenal opini pribadi, kelompok, opini ilmiah, opini hukum, dan dan lain sebagainya.
Di samping itu, ada juga yang kusebut sebagai opini ngawur - asal jadi; opini ngawur bisa lahir dari siapa saja, pada/dalam sikon santai, marah, serta seenaknya. Ko' bisa!? ya bisa, dan semua orang bisa lakukan itu. Opini ngawur, pada umumnya muncul atau lahir dari debat kusir, asal hantam, asal sampaikan, dan kadangn menyakitkan si pendengar, tapi karena disampaikan dalam sikon canda, humor, bahan lucu-lucuan,  maka yang dengar pun akan menjawab dengan opini ngawur yang sama.

Saat dan Sesaat



Saat, sesaat adalah rentang waktu yang singkat; mungkin hanya sekian detik, menit, sehingga tak bisa digenapkan sebagai menit atau jam. Saat, dan sesaat yang lalu atau baru saja berlalu, sering digunakan sebagai unkapan tentang sesuatu yang baru saja berlalu.
Akan tetapi saat dan sesaat itu, sebetulnya sangat penting; tanpa saat dan sesaat itu, tak ada genapnya rentang waktu, yang dibungkut sebagai menit, jam, hari dan seterusnya.
Kumembayangkan, bagaimana

PKS Menolak Pancasila Sebagai Asas Berbangsa dan Bernegara


Ormas adalah organisasi yang didirikan dengan sukarela oleh warga negara Indonesia yang dibentuk berdasarkan kesamaan tujuan, kepentingan, dan kegiatan, untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengertian Ormas tersebut dimaksudkan untuk mewadahi semua organisasi atau lembaga yang dibentuk masyarakat yang dibentuk dengan tiga pilar dasar, yaitu kesamaan tujuan, kepentingan, dan kegiatan sebagai sarana untuk menyalurkan pendapat dan pikiran bagi anggota masyarakat - WNI dan meningkatkan keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Pancasila berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, dan sekaligus menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional.

FPI Bertindak Tanpa Kecerdasan




Pada dasarnya, pada saat TUHAN Allah menciptakan manusia, Ia melengkapi mereka dengan semua kecerdasanan tersebut. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan pikiran serta adaptasi dengan sikon lingkungan hidup dan kehidupannya, pada masing-masing orang, kecerdasan-kecerdasan tersebut mengalami peningkatan maupun degradasi.
Pada seseorang, ada keunggulan di bidang spasial, kinestik, personal namun lemah pada bidang lain; demikian juga ada orang-orang yang unggul secara musikal, namun kurang pada bidang lain, dan seterunya. Semua kekurangan dan kelebihan, kelemahan dan kekuatan, merupakan suatu kekayaan yang melahirkan dinamika dalam hubungan antar manusia-manusia serta manusia-alam sehingga hidup dan kehidupan menjadi lebih bermakna.
Pada intinya, manusia mempunyai berbagai kecerdasan, antara lain

Jokowi-Ahok Sindrom


Sindrom adalah himpunan gejala atau tanda yg terjadi serentak, muncul bersama-sama, dan menandai ketidaknormalan tertentu; hal-hal yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi. Jokowi - Ahok, kandidat gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
Jadi, …
Jokowi-Ahok Sindrom, adalah aneka kegiatan (tanda - kata - ulasan - bahasan - pemberitaan - publikasi - dan sejenisnya) tentang Jokowi Ahok, yang terus menerus sehingga menguasai ingatan publik, serta selalu muncul pada setiap interaksi (sosial  - bisnis - percakapan - pergaulan - dan lain sebagainya).
Semua lapisan masyarakat Jakarta, bahkan Indonesia, dan (mungkin saja) dunia, mengalami deman Jokowi Ahok - Jokowi Ahok Syndrome. Dan ini bukan sekedar lucu-lucuan atau berlebihan.
Lihat, tak henti-hentinya pemberitaan Jokowi Ahok di aneka media cetak, media online, media televbisi; deman tersebut mulai media lokal sampai nasional, (dan juga) internasional yang berbahasa Indonesia.


Para Penolak Jokowi Sejak Tahun 2014




Pada tahun 2014, Rakyat Indonesia dari berbagai kalangan (bukan saja dari PDIP, namun dari berbagai latar belakang politik, SARA, strata), secara bersama serta serempak mendukung Jokowi untuk menjadi Presiden RI. Namun, pada saat itu, tak sedikit yang cuek dan ‘sa bodo dengan semuanya itu; mereka justru menolak Jokowi, dengan semboyan, No Jokowi, Katakan Tidak Untuk Jokowi, Yang Penting Bukan Jokowi, dan seterusnya.
Tentu saja kelompok-kelompok itu mempunyai alasan-alasan yang (menurut mereka) tepat, benar, logis, (walau kadang tak masuk akal dan dibuat-buat), serta patut menjadi kekuatan untuk menolak Jokowi sebagai Presiden RI yang akan datang.
Berdasar pengalaman, data, fakta, serta jejak digital, kelompok-kleompok tersebut adalah,
  1. Parpol berbasis agama, ormas keaganaan yang radikal, preman (independen, terorganisir, dan berlabel ormas), politisi hitam, pengusaha hitam, para koruptor, dan sejenisnya; bagi mereka jika Jokowi menjadi Presiden, maka selesailah kelanjutan karier dan kejahatan mereka. Mereka-mereka ini mungkin tak saling terkait, atau bahkan bersaing satu sama lain, akan tetapi demi No Jokowi, mereka menyatu diri, bergerak bersama, serta lakukan aksi yang sama. Misalnya aksi-aksi yang dilakukan oleh masa hizbut tahrir, fpi, pks, dan ppp
  2. Barisan Sakit Hati; mereka adalah orang-orang (dan para pendukungnya) yang pernah dikalahkan Jokowi pada waktu perebutan RI 1 dan 2. Bagi mereka, kekaklahan tersebut adalah aib, malapetaka, dan menyakitkan sekaligus tak bisa dihapus begitu saja. Oleh sebab itu, Jokowi harus dilawan dengan berbagai cara; ia harus stop sebagai Gubernur DKI, dan tak lebih dari itu
  3. Kandidat-kandidat yang bernafsu menjadi Presiden RI. terutama mereka yang sudah sekian lama ingin-mau menjadi Presiden RI, akan tertapi tak terpilih (atau belum terpilih!?), mereka akan adu nasib dalam Pilpres yang akan datang, siapa tahu terpilih menjadi Presiden. Yang paling menyakitkan bagi mereka, Ko’ bisa, Jokowi yang bukan siapa-siapa di tingkat nasional, tiba-tiba diterima oleh banyak kalangan agar menjadi Presiden RI
  4. Parpol-parpol yang biasa menjadi penjilat Parpol Besar/Pemenang Pemilu dengan alasan koalisi; mereka nekad sebagai koalisi (walau beda idiologi dengan Parpol Pemenang Pemilu) agar kebagian Jabatan di Kementerian, BUMN, dan lain-lain. Dan dengan itu, mereka bisa menguras uang negara. Mereka takut jika Jokowi jadi Presiden RI; bayangkan saja, jika cara lelang jabatan (ala Jakarta) juga dilakukan untuk mengisi jabatan di Kementerian, BUMN, Lembaga lainnya, maka para parpol koalisi tersebut akan gigit jari
  5. Mereka yang tak mau Ahok menjadi Gubernur DKI. Jika kelompok ini, sudah jelas siapa mereka (silahkan anda isi sendiri, ….). Mereka semakin berusaha agar Jokowi  tak menjadi Prediden, karena jika itu terjadi maka Gubernur DKI adalah Ahok, dan itu adalah kiamat.
  6. ….. mungkin saja saya, anda, ente, dia, mereka (isi sendiri deh)
Mereka yang termasuk kelompok No Jokowi itulah yang kini mulai panik, ribut, amai, dan gunakan berbagai cara agar Jokowi tak menjadi Kandidat Presiden.
Caranya!? mulai dari biayai ormas untuk melakukan demo penolakan, lakukan perang opini melalui media online, sampai besar-besarkan, dwi-minoritasnya Ahok; bahkan menjurus pada upaya menciptakan ketidakstabilan keamanan pada masyarakat. Semuanya itu, akan dibungkus menjadi Frame Kegagalan Jokowi, apalagi mau jadi Presiden RI dua periode.
Semuanya itu, akan dibungkus menjadi Frame Kegagalan Jokowi, apalagi mau jadi Presiden RI dua periode.
BTW, diriku masuk jenis yang mana!? Pastinya diriku termasuk Mereka yang menolak Jokowi  tidak mau menjadi Presiden RI.
Cukup lah .....

JAPPY

Sepuluh tahun lalu, Joko Widodo mungkin tak terpikir akan menjadi seorang Presiden RI seperti sekarang. Bahkan saat itu pria yang akrab disapa Jokowi itu dikenal secara nasional pun tidak. Tapi karir politik, pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 itu sangat cemerlang dan berlangsung cepat.
Jokowi memantapkan hati bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada sekitar tahun 2004. Kala itu, Jokowi menduduki posisi puncak di DPC PDIP Solo.
Pada tahun 2004 itu pula Jokowi mengenal FX Hadi Rudyatmo yang sudah lebih dulu masuk DPC PDIP Solo. Kedekatan Jokowi dan FX Hadi berlanjut saat keduanya dipercaya PDIP dan PKB maju sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Solo tahun 2005.
Jokowi dan FX Hadi berhasil memenangkan Pilkada Solo dengan meraih suara sebesar 36,62 persen. Tak signifikan memang, tapi itu cukup membanggakan sebagai pencapaian pertama Jokowi dalam politik.
Mulailah Jokowi sebagai walikota melakukan pembenahan untuk Kota Solo. Mulai dari infrastruktur, penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), pengembangan ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan, hingga ‘rebranding’ Kota Solo sebagai ‘The Spirit of Java’.
Kinerja Jokowi dan FX Hadi membuat masyarakat Solo puas dan berbangga. Hal itu terbukti saat Jokowi dan FX Hadi kembali mencalonkan diri dalam Pilkada Kota Solo periode kedua 2010-2015. Keduanya mengantongi suara yang sangat fantastis, 90,09 persen suara! Nyaris tak ada dalam sejarah pemilu Indonesia, kandidat mendapat angka hampir 100 persen.
Cerita kesuksesan Jokowi di Kota Solo dalam periode kedua, kemudian terdengar oleh para jurnalis media-media nasional. Bukan saja hanya karena kinerja, tapi lebih karena kepribadiannya. Terutama soal kesederhanaan, kejujuran dan kesantunan Jokowi dalam berpolitik.
Di struktur partai, Jokowi kala itu sudah menduduki posisi sebagai wakil ketua salah satu bidang di DPD PDIP Jawa Tengah. Memang, nama Jokowi tak banyak dilekatkan dengan sebutan ‘politisi’, tapi PDIP jua yang membesarkan namanya.
Saat sosok Jokowi yang sederhana itu mendapat perhatian luas media nasional, pria asli Jawa berperawakan kurus ini juga mencuri hati tokoh nasional di antaranya Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto. Keduanya, meminta Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, atau saat Jokowi masih menyisakan sekitar 3 tahun lagi masa jabatan di Solo.
Jokowi menerima tantangan maju dalam Pilgub DKI pada tahun 2012 bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Tak mudah bagi pria berperawakan kerempeng yang ‘diimpor’ dari Solo menang di DKI, karena ada 6 pasangan calon yang berkompetisi kala itu termasuk Fauzi Bowo yang diusung 7 partai.
Jokowi bahkan dikecam karena tak menyelesaikan masa jabatannya di Solo seperti yang sudah diduganya. Tapi dia optimistis bahwa dukungan masyarakat bisa memaklumi dan membawanya jadi orang nomor satu di ibukota. Terlebih, sebagai ‘media darling’ membuat Jokowi berada sedikit di atas angin.
Akhirnya, berkat kekuatan politik PDIP dan Gerindra sebagai pengusung, melalui jargon ‘The power of kotak-kotak’, Jokowi berhasil membuat mayoritas warga DKI mempercayainya sebagai Gubernur DKI periode 2012-2017.
Selamat! Anak dari Sujiatmi Notomiharjo itu kini duduk sebagai ‘penguasa’ ibukota.
Namun belum genap setahun menjabat, Jokowi terusik dengan ekspose survei-survei elektabilitas capres jelang Pilpres 2014 dan pemberitaan dirinya sebagai gubernur yang makin intensif. Sejak dua tahun lalu, tak ada tokoh yang bisa menyaingi elektabilitasnya di lantai bursa capres. Maka sekali lagi, insting politik seorang ‘tukang kayu’ ini diuji.
Survei capres itu menghembuskan pesan, ‘mutiara’ memang tak cukup hanya dikeluarkan dari dalam cangkang dasar laut, lalu diangkat ke permukaan. Publik ingin Jokowi bisa memberi manfaat lebih luas. Saat itulah secara perlahan namun pasti hampir seluruh survei menyebut Jokowi layak menjadi Presiden RI.
Maka tahun 2014, Jokowi resmi menjadi calon presiden bersama Jusuf Kalla. Lawan kuat Jokowi di Pilpres adalah tokoh yang dulu memintanya menjadi Gubernur DKI, Prabowo Subianto. Jokowi dan Jusuf Kalla berhasil mengalahkan Prabowo-Hatta dalam sekali pertandingan Pilpres, dengan meraih 53,15 persen suara. Pertandingan ini menjadi ‘ring Pilpres’ paling bersejarah di Indonesia karena hanya mengadu dua pasangan kandidat.
Jokowi, pria yang oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sempat disebut calon presiden ‘kerempeng’ itu pukul 10.00 Senin (20/10/2014) pagi ini akan dilantik dan mengucapkan sumpah sebagai Presiden ketujuh.
Dari Berbagai Sumber
Publikasi oleh Opa Jappy | Ketum Komunitas Indonesia Hari Ini

Anti Jokowi pada 2014 dan 2018, Nyaris Sama

Anti Jokowi pada 2014 dan 2018, Nyaris Sama


Hari Ini dari Sekitaran Universitas Indonesia, Depok - Jawa Barat | Pemilhan Presiden RI Tahun 2019, semakin dekat; banyak pihak sudah menghitung maju menuju 'H Day.' 
Konsilidasi intern para Capres/Cawapres bersma Parpol pengusung, Tim Pemenangan, dan relawan semakin intens. Kampanye dan upaya tebar pesona para Capres/Cawapres pun semakin TSM, melalui dan dengan berbagai cara.
Semuanya itu, ditambah lagi dengan 'pelepasan' sejumlah 'Tim Perusak alias Pengacau' di Dunia Maya dan Dunia Nyata. 'Tim Pengacau' ini, jika tertangkap atau terciduk, maka mereka bisa 'ngeles' sebagai tidak ada hubungan dengan Capres/Cawapres tertentu; dan pastinya pasangan Capres/Cawapres pun tidak mengakui mereka. 
Kerja tim pengacau itu mudah terlihat; misalnya menyebarkan orasi dan narasi kebencian serta hoaks, merusak alat-alat bantu kampanye seperti sapanduk, poster, dan lain-lain. Faktanya, saya menemukan mereka di beberapa tempat.
Selain itu, dari lingkaran Capres/Cawapres, ada tim khusus yang ditugaskan untuk membangunkan 'sel-sel tidur.' Sel-sel tidur tersebut adalah orang-orang atau kelompok yang anti atau tidak mendukung Capres/Cawapres tertentu. [Note: Pada waktu Pilkada DKI, beberapa orang dari antara mereka, mengundang saya di salah satu Rumah Makan Terkenal di Jakarta. Waktu itu, mereka menjelaskan cara kerjanya, sambil mengajak saya  bergabung. Namun, saya menolak dengan tegas].
Tahun 2018, jelang Pilpres RI 2019, 'sel-sel tidur' sejak 2012/2013/2014 yang memusuhi Jokowi tersebut, ternyata sudah bangun dan bergerak, bahkan melahirkan atau membentuk kelompok-kelompok baru. 
Mereka nyaris tak berubah, dan hanya dengan sedikit polesan, misalnya hoaks dengan isu serta bungkusan  Agama, Komunis, Utang Luar Negeri, langsung membuat para pembenci Jokowi, tergerak nafsu, benci, dan kebencian. Mereka pun memadu suara dengan nada sumbang, fals, dan miring.
Lalu, jika sekarang, anda melakukan penelusuran, dengan cara malas pun, maka  mudah menemukan sejumlah nama, orang, gerakan, komunitas, kumpulan, yang sejak lama, 2012, 2013, 2014 hingga kini, yang bisa dikategorikan sebagai para 'pembenci Joko Widodo.'  Mereka adalah

1. Parpol berbasis agama, ormas keaganaan yang radikal, preman (independen, terorganisir, dan berlabel ormas), politisi hitam, pengusaha hitam, para koruptor, dan sejenisnya; bagi mereka jika Jokowi menjadi Presiden, maka selesailah kelanjutan karier dan kejahatan mereka. 

Mereka-mereka ini mungkin tak saling terkait, atau bahkan bersaing satu sama lain, akan tetapi demi No Jokowi, mereka menyatu diri, bergerak bersama, serta lakukan aksi yang sama. Misalnya aksi-aksi yang dilakukan oleh masa hizbut tahrir, fpi, pks, dan PPP [PPP, semua kubu, pada Pilpres 2019, mendukung Jokowi MA].
2. Barisan Sakit Hati; mereka adalah orang-orang (dan para pendukungnya) yang pernah dikalahkan Jokowi pada waktu perebutan RI 1 dan 2. Bagi mereka, kekalahan tersebut adalah aib, malapetaka, dan menyakitkan sekaligus tak bisa dihapus begitu saja. 
Oleh sebab itu, Jokowi harus dilawan dengan berbagai cara; ia harus stop sebagai Gubernur DKI, dan tak lebih dari itu.
3. Kandidat-kandidat yang bernafsu menjadi Presiden RI. Terutama mereka yang sudah sekian lama ingin-mau menjadi Presiden RI, akan tertapi tak terpilih (atau belum terpilih!?), mereka akan adu nasib dalam Pilpres yang akan datang, siapa tahu terpilih menjadi Presiden. Yang paling menyakitkan bagi mereka, Ko' bisa, Jokowi yang bukan siapa-siapa di tingkat nasional, tiba-tiba diterima oleh banyak kalangan agar menjadi Presiden RI.
4.Parpol-parpol yang biasa menjadi penjilat Parpol Besar/Pemenang Pemilu dengan alasan koalisi; mereka nekad sebagai koalisi (walau beda idiologi dengan Parpol Pemenang Pemilu) agar kebagian Jabatan di Kementerian, BUMN, dan lain-lain. 
Dan dengan itu, mereka bisa menguras uang negara. Mereka takut jika Jokowi jadi Presiden RI; bayangkan saja, jika cara lelang jabatan (ala Jakarta) juga dilakukan untuk mengisi jabatan di Kementerian, BUMN, Lembaga lainnya, maka para parpol koalisi tersebut akan gigit jari.
5. Mereka yang tak mau Ahok menjadi Gubernur DKI. Jika kelompok ini, sudah jelas siapa mereka (silahkan anda isi sendiri, ....). Mereka semakin berusaha agar Jokowi tak menjadi Presiden, karena jika itu terjadi maka Gubernur DKI adalah Ahok, dan itu adalah kiamat. [Nomor 1-5, Lengkapnya: Klik]  Sedangkan pada Pilpres 2019, kelompok 1-5 di atas, bertambah menjadi,
6. Orang-orang dari Parpol Pendukung Prabowo-Sandi, seperti Gerindra, PKS, PAN, Demokrat. Dan, yang paling kental adalah dari Gerindra dan PKS. Sedangkan PAN dan Demokrat, bisa terlihat bahwa tak sedikit kader mereka yang kini 'bertobat,' lalu mendukung Jokowi - MA.
7. Parpol baru, atau baru muncul di Pemelihan Legislatif 2019 dan Pilpres 2019; mereka dengan alasan pertemanan, kekuluargaan, kesamaan sebagai oposisi, ikut memperkuat Prabowo - Sandi
8. Kumpulan orang-orang dari Ormas tertentu, misalnya FPI dan ormas terlarang, Hizbut Tahrir, dan juga FUI, mereka dengan alasan agama (dan keagamaan) atau munkin juga alasan tidak jelas, menjadi barisan utama pembenci Jokowi.
9. Para mantan pejabat sipil (tingkat Nasional dan Daerah) dan korps sepatu lars, karena berbagai alasan (sudah) tidak dipakai pada pemerintahan Jokowi, menyatu diri dengan oposisi, kemudian mendukung Prabowo - Sandi
10. Para konglemarat, pengusaha, petualangan politik, pelaku KKN, yang ruang geraknya dipersempit, sehingga tidak bisa melakukan kejahatannya; mereka menyatu dengan berbagai kelompok lain, kemudian membangun 'musuh bersama,' yaitu Joko Widodo.
11. Dan masih banyak lagi.
Melihat fakta seperti itu, Jokowi-MA ternyata tidak tinggal diam. Dengan pelan tapi penuh kepastian, percaya diri, dingin, dan penuh semangat Capres/Cawapres Jokowi - MA tetap melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar. Selain itu, Jokowi sebagai Presiden RI dan Capres, mampu memilah dan menempatkan diri secara tepat sehingga tak tumpang tindih ketika tampil di tengah rakyat.
Sama halnya dengan Cawpres, MA; ia masih sebagai Ketua MUI, namun, belakangan, terlihat menahan diri dari berbagai kegiatan. Di sini, di hadapan kelompok bukan Muslim, MA mencoba menghadirkan diri sebagai sosok 'bukan MUI, melainkan Calon Wakil Presiden untuk segenap rakyat Indonesia.
Secara khusus, gerak dan gerakan Jokowi sebagai Presiden RI, tetap konsisten dan komitmen pada pembangunan yang merata dan berkeadilan. Jokowi sebagai Presiden RI pernah menyatakan bahwa, "Pembangunan tidak cuma di daerah-daerah dia menang." 
Hal tersebut bisa juga bermakna bahwa daerah yang kalah dan menang tetap dibangun sesuai kebetuhan dan perencanaannya yang sudah ada, sehingga banyak hasil-hasil pembangunan yang bisa dinikmati oleh daerah-daerah tersebut, semisal daerah Jawa Barat, Sumatera Barat, kemudian daerah Riau, Gorontalo, dan seterusnya.
Dengan itu, wajar jika daerah-daerah atau kabupaten-kabupaten di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi Jawa, yang tadinya bukan 'basis Jokowi,' kini berupaya keras agar ada kelanjutan pemerintahan Jokowi melalui Pilpres RI tahun 2019. Sehingga tidak menutup kemungkinan 70 - 80 % Kepala Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota) mendukung Jokowi - MA.
Dan hal yang tak kalah penting adalah, solidnya caleg Parpol Pendukung Jokowi -- MA. Koalisi pendukung dengan sekitar 18.000 caleg, secara serentak, mengkapanyekan diri sendiri dan Capres/Cawapres Jokowi-MA. Serta, hal yang juga paling menentukan (kemenangan) Jokowi-MA adalah dukungan relawan yang militan dan solid, dari tingkat daerah hingga daerah.
##
Berpolitiklah dengan  baik dan benar, sehingga pada masa depan, anda dan saya dikenang sebagai Politics Leader di Negeri ini.
Opa Jappy | Relawan Indonesia Hari Ini Memilih Jokowi - IHI MJ