17 Desember, 2018

Liberal Tidak Merusak Iman



Catatan I. Liberal, arti awalnya adalah terbuka - bebas sehingga bisa menerima banyak hal; juga bisa bermakna kebebasan dan pembebasan.  Liberal (dan juga moderat) lahir dari perkembangan (kebudayaan - budaya - unsur-unsur budaya)  manusia atau pun komunitas masyarakat. Jika memahami bahwa pendidikan merupakan salah satu unsur budaya - kebudayaan, maka Liberal (dan moderat) juga lahir dari atau karena (hasil) pendidikan yang baik dan benar serta holistik (menyeluruh).
Catatan II. Banyak orang mempunyai konsep bahwa beriman sama dan sebangun dengan agama; jadi, orang beriman adalah mereka yang juga beragama, …. monggolah, jika itu alur pikirnya.
Padahal “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat; tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,ia harus percaya bahwa Allah ada.”


##
Sedangkan, secara sederhana, agama hanyalah jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan; jalan yang dibangun oleh manusia; jalan yang rapi, teratur, tertata, dan penuh rambu-rambu, sehingga siapa pun yang melewati-melaluinya, tak khan menyimpang dan kehilangan arah.
Karena merupakan …  jalan untuk mencapai tujuan … itulah maka seringkali manusia gunakan agama sebagai alat untuk mengapai kuasa dan kekuasaan, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan itu atau bertalian denganya. Itu berarti, telah terjadi penyimpangan dari tujuan awal ketika membangun jalan untuk ditempuh tersebut.
Penyimpangan-penyimpangan yang terus menerus, akan menghadirkan-menimbulkan berbagai hambatan, konflik, gesekan, bahkan amarah dan marah-marah. Dan, ketika telah semakin lama ada di dalam penyimpangan-penyimpangan tersebut, timbul kenyamanan, serta terasa benar, dan mereka yang di jalan sana - di jalur utama, dianggap sebagai yang salah dan sesat. Lebih parah lagi, semua yang beda dengan dirinya merupakan kesalahan, oleh sabab itu, patut dibasmi, dilenyapkan, dan seterusnua. Jika semakin jauh dari jalan utama, maka akan menjadi tak terbuka untuk menerima hal-hal baru; tak menerima (dan menolak) perubahan dan perkembangan, serta terasing dari pergaulan normal antar umat manusia.
Orang beriman (dengan kesungguhan, setia, taat, taqwa, dan lain-lain) tak bisa dilepaskan dari terbuka menerima, melihat, dan ikut berpikir tentang segala hal di sekitarnya. Bahkan ia (mereka) bisa menerima hal-hal baru dari hasil olah teknologi, industri, temuan-temuan iptek lainnya. Jika karena alasan agama dan imankemudian menolaknya, maka ia (mereka) dalam rentang waktu yang cepat atau lambat, akan mengalami alienasi peradaban sosial, plus akan disebut ketinggalan zaman.
So, apa yang dengan dengan liberal, dan apa yang ditakutkan darinya!?
Sayangnya cara berpikir-bersikap liberal  tersebut telah diracuni sebagai sikon terbuka dan menerima sesuatu yang bisa merusak iman, agama, akhlak, dan seterusnya; bahkan liberal pun dituduh sebagai biangkerok rusaknya iman seseorang, oleh sebab itu umat beragama harus menolak cara berpikir liberal.
Pada atau dalam sikon itu -  seperti itu, maka jangan berharap menemukan mereka yang beragama secara terbuka dan bebas serta penuh kebebasan berekspresi (liberal), toleran (menerima, menghargai perbedaan, serta saling menghargai, dan penuh kesetaraan yang bermartabat; bahkan menemukan garis merah persamaan), dan menjadi agen-pelakon damai - perdamaian. 
Mengapa seperti itu!? karena takut imannya menjadi rusak karena virus liberal dan toleran.
Nah …
Opa Jappy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar