13 Desember, 2018

Manusia Menciptakan Agama



Menurut teori Evolusi [yang sampai kini belum ada bukti-bukti utuh dan lengkap tentang kebenarannya], manusia modern atauhomo sapiens ada karena suatu proses perkembangan yang panjang dan dalam rentang waktu lama. Proses  panjang dan lama itu terjadi karena manusia berkembang dari organisme sederhana menjadi makhluk yang relatif sempurna; dan segala sesuatu yang bertalian dengan manusia serta kemanusiaannya juga berkembang karena adanya proses evolusi. [Dan dalam kenyataannya, evolusi hanya merupakan teori, tetapi diajarkan dan dijabarkan sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi atau dialami pada semua makluk].
Tetapi, menurut Kitab Suci Agama-agama, manusia, alam semesta, dan segala sesuatu adalah hasil ciptaan TUHAN Allah; hasil ciptaan yang penuh dengan  kesempurnaan. Karena kesempurnaan itu, manusia mampu bertambah banyak karena di dalam diri mereka tertanam naluri bertahan hidup serta kemampuan reproduksi. Di samping itu, manusia juga dilengkapi dengan berbagai kemampuan serta kreativitas [penggagas Teori Evolusi pun, tidak pernah bisa menjawab siapa yang telah melengkapi manusia dengan berbagai kemampuan serta kreativitas tersebut], sehingga mampu beradaptasi dengan sikon hidup dan kehidupannya; bahkan menjadikan segala sesuatu di sekitarnya menjadi lebih baik serta memberi kenyamanan padanya.

Kemampuan dan kreativitas itu, menjadikan manusia mempunyai  keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Sehingga, yang tadinya mempunyai pola nomade, lambat laun menetap kemudian membangun komunitas pada suatu lokasi dengan batas-batas geografis tertentu. Dalam batas-batas geografis itu, mereka semakin bertambah banyak serta mampu membangun komunitas masyarakat dengan berbagai aspek yang bertalian dengannya.
Salah satu aspek yang biasanya ada dalam suatu komunitas masyarakat adalah cara-cara penyembahan kepada kekuatan lain di luar dirinya. Hal itu terjadi karena manusia mempunyai naluri religius yang universal. Kekuatan lain di luar diri manusia itu bersifat Ilahi, supra natural, berkuasa, mempunyai kemampuan maha dasyat, sumber segala sesuatu, dan lain-lain. Ia adalahKekuasaan Yang Tertinggi melebihi apapun yang ada di alam semesta. Akan tetapi, manusia tidak mampu menggambarkan bentuk-bentuk konkrit dari apa yang mereka sembah sebagai Kekuasaan Yang Tertinggi itu. Komunitas tersebut mempunyai keyakinan bahwa Ia ada, dihormati, disembah, ditakuti; kemudian diikuti dengan memberi persembahan korban kepadanya. Kondisi seperti itu biasanya disebut agama suku atau agama asli.
Agama Asli adalah bentuk-bentuk atau cara-cara penyembahan yang ada pada suatu suku dan sub-suku; kerohanian khas pada suatu bangsa, suku, dan sub-suku; berasal dari antara mereka sendiri, serta tidak dipengaruhi atau meniru dari komunitas ataupun orang lain. Ciri-ciri yang ada pada agama asli antara lain,
  • terikat pada lokasi atau tempat bangsa ataupun suku dan sub-suku hidup dan berkembang; misalnya diseputar lembah atau pegunungan, daerah pedalaman serta terpencil, dan lain sebagainya; sehingga terbatas pada masyarakat dalam  komunitas atau lingkungan tertentu
  • dianut oleh sekelompok suku atau sub-suku ataupun gabungan beberapan suku
  • mempunyai atau adanya banyak larangan-larangan, tabu, benda-benda dan tempat-tempat keramat serta dianggap suci; tempat-tempat keramat tersebut biasanya difungsikan juga sebagai pusat kegiatan penyembahan atau ritus
  • pada umumnya berhubungan dengan alam [misalnya benda-benda langit; pohon, gunung, gua, dan lain-lain];
  • bersifat spiritisme [adanya roh-roh pada benda-benda di alam semesta], animisme [adanya nyawa atau jiwa pada benda-benda tertentu], dinamisme [adanya kekuatan dan kuasa pada semua makhluk], totemnisme [adanya hubungan antara manusia dengan binatang tertentu]
Hubunga an erat antara [masyarakat] penganut agama suku dengan alam terjadi karena anggapan bahwa pada alam ada atau berdiam [tinggal] pribadi yang mempunyai kekuatan dan kuasa. Sebagai pribadi, alam juga tidak mau diganggu atau dirusak oleh manusia. Dalam konsep agama-agama suku, jika pribadi pada alam tersebut diganggu [mendapat gangguan], maka Ia akan mendatangkan murka pada manusia. Dan juga hubungan itulah, yang seringkali menjadikan mereka lebih memperhatikan dan menjaga keselarasan hidup dengan lingkungan.
Tetapi, seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan, pemikiran dan pemahaman manusia tentang siapa Yang Ilahi yang disembah semakin maju.   Pada perkembangan selanjutnya, model atau cara-cara penyembahan pada agama suku, berubah dan berkembang menjadi suatu sistem yang teratur.
“Cara-cara Penyembahan”  yang di atur,  distimatikan, di tata,  dan sebagainya itulah  yang kini disebut Agama.  Manusia modern yang mengatakan Sang pengatur,  penata ulang  itu sebagai nabi, rasul, utusan dan lain sebagainya.  Dan bisa jadi, mereka yang pada mulanya disebut nabi itu, tidak menyapa diri seperti itu.  Dan untuk menambah pengikut, sebagai suatu ekspansi kekuasaan - keagamaan - politis, agama-agama dan orang yang terhisab di dalamnya menyatakan diri paling benar, paling sempurna, bahkan melebihi yang lain karena datang dari Allah; padahal, semuanya adalah rekaan, hasil pemikiran, bahkan akibat nafsu mengusai sesama manusia.
SEHINGGA, pada sikon kekinian agama merupakan salah satu HASIL CIPTAAN MANUSIA yang paling MERUSAK hidup dan kehidupan MANUSIA. Dan jika, anda percaya agama datang dari allah atau pun tuhan, maka mereka pun menurunkan agama agar manusia merusak semua tatanan hidup dan kehidupan manusia; dan dengan itu, allah atau pun tuhan seperti itu, tak ada gunanya untuk peradaban manusia dan alam semesta.
Dan, pada masa lalu, manusia menciptakan agama untuk menyembah YANG DISEMBAH dengan teratur dan tertib; PADA MASA kini, manusia juga menggunakan agama hasil ciptaan itu sebagai ALAT KEKERASAN, MENCAPAI TUJUAN POLITIK, dan sekaligus meraih KUASA dan KEKUASAAN.
Jappy MP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar