11 Desember, 2018

Opini Ngawur, Laris-manis



Saya, yang sementara baca atau membaca, sangat paham dengan apa yang dimaksud dengan opini ataupun pendapat; ya, ... opini merupakan rangkaian kata-kalimat yang dirangkum, dan mengandung hasil olah pikir (pribadi ataupun kelompok orang). Sehingga, dikenal opini pribadi, kelompok, opini ilmiah, opini hukum, dan dan lain sebagainya.
Di samping itu, ada juga yang kusebut sebagai opini ngawur - asal jadi; opini ngawur bisa lahir dari siapa saja, pada/dalam sikon santai, marah, serta seenaknya. Ko' bisa!? ya bisa, dan semua orang bisa lakukan itu. Opini ngawur, pada umumnya muncul atau lahir dari debat kusir, asal hantam, asal sampaikan, dan kadangn menyakitkan si pendengar, tapi karena disampaikan dalam sikon canda, humor, bahan lucu-lucuan,  maka yang dengar pun akan menjawab dengan opini ngawur yang sama.


Mengapa sering muncul atau ada opini ngawur - opini asal-asalan - opini lucu-lucuan;!? bisa terjadi karenamanusia adalah homo ludens, manusia yang bisa main-main atau lucu-lucuan. Karena itu, ada saja yang bisa dijadikan lucu-lucuan dan ngawur-ngawuran; yang penting ramai serta ikut ramai; yang ikut atau publish sesuatu.
Berangkat dari model dan pemahaman itulah, seringkali kugunakan kacamata opini ngawur untuk membaca tulisan di media sosial, blog, situs pribadi, termasuk Kompasiana ataupun situs media main stream dan lain sebagainya. 
Dengan itu, ketika menemukan banyak tulisan (bahkan ada yang laris manis dibaca dn dikomentari), dan kemudian menelusuri hal-hal yang ada pada tulisan dengan refrensi dari media/tempat lain, ternyata tak sedikit yang bertolak belakang, bahkan tak sesuai sikon dan konteks (yang dikutip/kutipan). Walau ada juga data yang valid, namun diputar/diarangkai begitu rupa, dihubung-hubungkan, dicocok-cocokkan, untuk mengguatkan pendapat.
Nah, .... namanya juga opini ngawur, maka semua cara ngawur pun dilakukan, demi laris manis terbaca.
Misalnya, ini cuma contoh: tulisan tentang pks, lhi, af, dan seputar kasus sapi; jika dibaca dengan teliti, maka yang muncul adalah tertawa-tertawaan, lucu, keluar rasa humor; kecuali orang yang urat syaraf humornya sudah putus dan mati. Bayangkan gara-gara kasus sapi, bisa setiap hari muncul tulisan (dan juga komentarnya); yang menurut saya, sangat banyak termasuk opini ngawur; asal nulis, asal jadi, ikut ramai, dan seterusnya. Dan tambah ngawur dan berngawur-berngawurnya lagi, muncul sekian banyak yang menanggapi tulisan/opini ngawur itu; tanggapan ngawur terhadap opini ngawur, maka ramailah lapak artikel tersebut.
Ada yang salah!? tak ada yang salah; namanya juga ikut ramai dan meramaikan.
Bagaimana dengan saya (yang sedang membaca) dan dia, orang lain yang suka menulis!? kita, mungkin ikutan terjebak dalam opini ngawur serta ikutan berkomentar ngawur.
Diriku pun juga pernah membuat opini ngawur dan publish di media sosial, termasuk Kompasiana; namun karena tujuannya hanya ikut ramai, maka tulisan itupun kemudian didraftkan.

Selama belum ada larangan ngawurmaka berngawurlah anda atau sekali-kali lakukan kengawuran; namun yang penting adalah jangan muncul benci, kebencian, dendam, amarah, bahkan fitnah.

So jangan lupa menulis ...


JAPPY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar