23 Desember, 2018

Hidup Yang Monoton


Suami-isteri yang telah lama menjalani hidup dan kehidupan keluarga, kadang-kadang terjerumus ke dalam sesuatu (kondisi hidup dan kehidupan) yang monoton dan membosankan. Akibat, suami-isteri inginkan sesuatu yang bernuansa baru; namun kadang-kadang justru meninggalkan suami atau isterinya. Ada beberapa penyebab utama yang menjadikan hal tersebut,
Daya tarik fisik menurun. Penurunan daya tarik dan kemampuan fisik (terutama pada wanita atau isteri) merupakan sesuatu yang normal dan harus terjadi. Namun, seiring dengan itu, pada usia tertentu, ketika isteri atau suami menunjukkan tanda-tanda penurunan daya tariknya; suami maupun isteri  berpaling ke laki-laki dan wanita lain karena ingin mendapat yang lebih menarik. Penurunan daya tarik fisik sekaligus berdampak pada berkurangnya kemampuan seksualitas, bisa menjadikan suami maupun isteri mencari penyaluran libidonya kepada (dengan) orang lain. Dan ini merupakan sumbangan tersebar terjadinya perceraian.

Tidak ada anak. Banyak hidup dan kehidupan suami-isteri yang tidak mempunyai anak. Walaupun mereka sudah berusaha tapi tidak mendapat anak. Pada kondisi ini, pada umumnya, isteri yang paling dirugikan, ia harus merelakan (walau ada kepedihan) agar suaminya menikah lagi dengan tujuan mendapat keturunan.
Kesepian hidup dan kehidupan. Biasanya, pada suami-isteri yang anak-anaknya sudah dewasa dan telah membangun keluarga sendiri, memasuki hari-hari kesendirian dan kesepian. Dengan itu, memudahkan munculnya kebosanan. Tidak sedikit suami yang berupaya melarikan diri dari kesepian itu dengan menikah lagi dengan tujuan mendapatkan anak ataupun mendapat hiburan serta temanbaru.
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang  laki-laki dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga [suami-isteri] yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 
Keluarga adalah persekutuan antara suami dan isteri (dan anak atau anak-anak) yang terbentuk karena ikatan tertentu (misalnya Agama, Adat, Hukum Sipil), serta membangun hidup dan kehidupan bersama pada suatu tempat (tertentu).

Pada beberapa suku di Nusantara, Perkawinan bukan saja urusan dua orang yang mau menikah, akan tetapi menyangkut keluarga besar, marga, klan, bahkan suku atau pun sub-suku. Sehingga, jika ada masalah tertentu, maka bisa-bisa menjadi konflik antar suku - klan - marga.  Dan juga, secara khusus di Indonesia, banyak orang jugabelum bisa menerima secara utuh perkawinan beda suku - beda agama atau bahkan beda status sosial dan lain sebagainya.
Itu idealnya; namun tak sedikit keluarga yang terbangun - terbentuk (sudah bertahun-tahun) berakhir dengan bukan happy ending. Ada banyak penyebab terjadinya perceraian. Salah satu yang cukup menonjol adalah sikon monoton dan membosankan (kejadian seperti ini, terbanyak pada suami-isteri yang relatif sudah lama menikah/membangun keluarga) .
Suami-isteri yang telah lama menjalani hidup dan kehidupan keluarga, kadang-kadang terjerumus ke dalam sesuatu (kondisi hidup dan kehidupan) yang monoton dan membosankan. Akibat, suami-isteri inginkan sesuatu yang bernuansa baru; namun kadang-kadang justru meninggalkan suami atau isterinya. Ada beberapa penyebab utama yang menjadikan hal tersebut,

Daya tarik fisik menurun. Penurunan daya tarik dan kemampuan fisik (terutama pada wanita atau isteri) merupakan sesuatu yang normal dan harus terjadi. Namun, seiring dengan itu, pada usia tertentu, ketika isteri atau suami menunjukkan tanda-tanda penurunan daya tariknya; suami maupun isteri  berpaling ke laki-laki dan wanita lain karena ingin mendapat yang lebih menarik. Penurunan daya tarik fisik sekaligus berdampak pada berkurangnya kemampuan seksualitas, bisa menjadikan suami maupun isteri mencari penyaluran libidonya kepada (dengan) orang lain. Dan ini merupakan sumbangan tersebar terjadinya perceraian.
Tidak ada anak. Banyak hidup dan kehidupan suami-isteri yang tidak mempunyai anak. Walaupun mereka sudah berusaha tapi tidak mendapat anak. Pada kondisi ini, pada umumnya, isteri yang paling dirugikan, ia harus merelakan (walau ada kepedihan) agar suaminya menikah lagi dengan tujuan mendapat keturunan.
Kesepian hidup dan kehidupan. Biasanya, pada suami-isteri yang anak-anaknya sudah dewasa dan telah membangun keluarga sendiri, memasuki hari-hari kesendirian dan kesepian. Dengan itu, memudahkan munculnya kebosanan. Tidak sedikit suami yang berupaya melarikan diri dari kesepian itu dengan menikah lagi dengan tujuan mendapatkan anak ataupun mendapat hiburan serta teman baru.

Anda punya solusinya ....;!? monggo sampaikan ...


OPA JAPPY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar