25 Agustus, 2021

Epidemik Covid-19 Bakalan Jadi "Sillent Killer" di Indonesia

 






Pesawaran, Lampung |  Mari sejenak menuju 11 Maret 2020. Ketika itu, World Health Organization (WHO) menyatakan, "COVID-19 sebagai Pandemi Global."  Itu bermakna, infeksi atau pun penyakit (baru dan penyakit lama pada tubuh) yang muncul (dan parah, serta semakin parah) akibat terserah Covid-19 tersebar luas di seluruh Dunia.

Sehingga, sebut saja Covid-19, bisa menyerang semua orang,  semua srata, menembus segenap lapisan, komunitas dan masyarakat di seluruh Dunia. Faktanya,

Pertama, sejak Maret 2020, hingga sekarang  mereka atau terserang Covid-19 mengalami sejumlah penderitaan (karena sakit baru atau pun lama dalam tubuh) yang berujung pada kesembuhan atau pun kematian.

Kedua, Covid-19 mudah menyerang (tertular, dan semakin berbahaya) pada mereka yang sistem imunnya tak memadai, mengidap berbagai penyakit (terutama paru-paru, diabetes, jantung), dan berdekatan dengan pembawa virus (sering disebut OTG).

Ketiga, jika seseorang terserang Covid-19, maka yang terjadi adalah

Gagal Bernapas. Covid-19 menyerang sistem pernapasan, terutama paru-paru; terjadi komplikasi gagal napas ringan hingga akut. Sebab, paru-paru tidak bisa memompa cukup oksigen ke dalam darah atau tak dapat mengeluarkan cukup karbon dioksida.

Selanjutnya, terjadi Sindrom Pernapasan Akut. Paru-paru semakin rusak dan fungsinya menurun hingga sama tak berfungsi (jika ini yang terjadi, maka hanya ada satu peluang yaitu Hidup Damai atau Rest In Peace di Dunia Lain)

Pneumonia. Kantong udara di paru-paru meradang sehingga susah bernapas; jika sudah parah ada banyak cairan dan nanah di dalam paru-paru.

Menderita Sakit Jantung Akut; termasuk memicu perkembangan penyakit jantung (hingga semakin parah) yang sebelumnya sudah ada pada tubuh.

Tubuh salah (dan tak mampu serta gagal) bereaksi terhadap infeksi atau sepsi. Zat kimia yang dilepaskan ke aliran darah untuk melawan penyakit tidak memicu respons yang tepat, tapi membuat organ rusak. Jika proses ini tidak ditangani, maka terjadi penurunan tekanan darah, dan akhirnya RIP.

Mari, lanjutkan baca.


Saat ini, di mana-mana, semua Negara di Dunia, sudah (mulai) berhasil melawan dan menjinakkan Covid-19. Katakanlah, akibat (i) penanganan yang cepat (dan intensif) pada  penderita, (ii) menemukan obat, (iii) disiplin lakukan protokol kesehatan dan varian-variannya, serta (iv) Vaksinasi Anti Covid-19 atau VAC.

Sayangnya, dari semuanya itu, ada WNI yang tak peduli dan masa bodo, terutama (iii, tak mau ikuti) dan (iv, menolak VAC). Masa Bodo dan Penolakan ini, bisa berdampak fatal pada Komunitas, Masyarakat, bahkan Rakyat pada suatu Negara.

Atau, sebaliknya. Muncul atau ada area, daerah, wilayah tertentu, yang tetap menjadi 'Kekuasaan Covid-19.' COVID-19 tak pernah hilang dari area tersebut, dan terus menerus secara TSM menyerang semua orang, hingga  seluruhnya terpapar, dan satu demi satu menuju ke Dunia Lain; dan Rest In Peace di tempat itu.

Akibat lain dari, 'ada WNI yang tak peduli dan masa bodo, terutama (iii, tak mau ikuti) dan (iv, menolak VAC). Masa Bodo dan Penolakan ini, bisa berdampak fatal pada Komunitas, Masyarakat, bahkan Rakyat pada suatu Negara,' adalah COVID-19 sebagai Penyakit Endemik.

Menolak Lupa

Endemi. Endemi adalah penyakit yang muncul (dan tetap ada) serta menjadi karakteristik di wilayah tertentu. Misalnya, Malaria dan Demam Berdarah Dengue selalu ada di daerah tertentu karena 'dukungan alam yang panas, rawa-rawa, dan lain sebagainya.

Pandemi. Pandemi adalah penyakit yang terjadi serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas (seluruh Negara/benua). Menjadi masalah bersama bagi seluruh warga dunia. Misalnya, doeloe, Typhus, Cholera, Disentri, Influenza; kemudian HIV/AIDS; terbaru, serangan  COVID-19. Penyebaran terjadi tiba-tiba, terkadang cepat, menyebar di antara manusia, lintas komunitas.

Epidemi. Epidemi terjadi ketika suatu penyakit telah menyebar dengan cepat ke wilayah atau negara tertentu dan  memengaruhi populasi penduduk, karena terjadi banyak kematian. Misalnya, Ebola di Republik Demokratik Kongo, 2019; flu burung atau H5N1, di Indonesia pada 2012: SARS atauSevere Acute Respiratory Syndrome), 2003.

Endemik. Istilah epidemik digunakan saat ada infeksi, tetap ada selamanya dalam suatu lokasi geografis. Dalam Artian, adanya virus, bakteri yang 'abadi' pada suatu lokasi geografis; setiap saat, karena sikon tertentu, dengan mudah menyerang setiap orang.

Covid-19, dari Pandemik Menjadi Endemik

Berdasarkan hal-hal di atas, tidak menutup kemungkinan, menurut WHO, pandemi Covid-19 bisa menjadi endemik. Oleh sebab itu, masyarakat dunia dapat belajar hidup berdampingan dengan Covid-19, seperti demam berdarah, malaria, flue, dan lain-lain
Pandemi Covid-19 akan menjadi endemik, yakni karena keberadaan virus, bakteri atau patogen secara konstan. Bahkan, dari Endemik Covid-19 menjadi Hiperendemik Covid-19. Penularan tinggi, cepat, menjangkau banyak orang.

Peluang Endemik Covid-19 di Indonesia. Endemik Covid-19 dalam arti infeksi dan penularan, serta dampak-dampak ikutannya (termasuk kematian) pada suatu lokasi secara geografis atau wilayah tertentu. Ini bisa terjadi, bahkan, peluangnya sangat besar.

Kok Bisa? Bisa Saja.

Karena, di Negeri Tercinta ini, ada banyak orang dalam komunitas pada wilayah atau daerah (tertentu) yang tidak percaya adanya Covid-19 apalagi VAC. Mereka, tentu saja, seperti itu karena alasan yang kuat, terutama berbasis ajaran agama, sosial, budaya, juga akibat kurang pendidikan.

Sehingga mereka pun tak peduli dan masa bodo, terutama (iii, tak mau ikuti prokes) dan (iv, menolak VAC). Dampaknya jelas, Covid-19 menjadi 'Silent Killer' pada Komunitas tersebut. (Monggo cari sendiri, area tersebut dan temukan solusi cerdas).

Cukuplah

21 Agustus 2021

Opa Jappy | Indonesia Today

Tidak ada komentar:

Posting Komentar